Hak Jawab PT Sipef Biodiversity Atas Berita “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh”

Hak Jawab PT Sipef Biodiversity Atas Berita “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh”

Hak Jawab PT Sipef Biodiversity Atas Berita “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh”
Hak Jawab PT Sipef Biodiversity Atas Berita “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh”

Diposting: 05 Jun 2021

Kolase pemeliharaan tanaman penghijauan di Bendung Air Manjunto oleh PT Sipef Biodiversity, Foto: Dok/PT Sipef Biodiversity



Indo Barat - PT Sipef Biodiversity selaku pihak yang bertanggungjawab atas pemeliharaan penghijauan tanaman buah di areal Bendung Manjunto, Kecamatan V Koto, Kabupaten Mukomuko memberikan hak jawab tertulis terkait pemberitaan Bengkuluinteraktif.com yang dimuat berjudul “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh” tertanggal 3 Juni 2021. 



Berikut hak jawab yang diterima redaksi Bengkuluinteraktif.com pada Sabtu, 5 Juni 2021:



Air Manjuto 5 Juni 2021. Tulisan ini merupakan Hak Jawab terhadap berita berjudul “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh” di media online BengkuluInteraktif.com yang diunggah 3 Juni 2021. Pada prinsipnya, kami sangat berterima kasih karena ternyata ada pihak lain, khususnya dari insan pers memberikan perhatian sekaligus memberikan catatan kritis terhadap suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan penanaman di sempadan bendung Manjuto di Kecamatan V Koto. 



Kegiatan ini sejatinya bertujuan mulia yaitu menghijaukan kembali lokasi dengan tanaman berkayu maupun tanaman berkayu multifungsi sehingga selain perbaikan lingkungan juga akan dihasilkan nilai ekonomi dari hasil tanaman berkayu multifungsi, seperti buah. Ide awal diinisiasi oleh Camat V Koto pada periode itu (Bapak Evi Busmanja S.Pd, M.Si), dan mendapat dukungan dari BWS Sumatera VII salah satunya membantu menyiapkan bibit tanaman berkayu multifungsi.



Singkat cerita, pelaksanaan kegiatan penanaman dilaksanakan pada tanggal 17 September 2020, dirangkaikan dengan peringatan GNKPA dan Gelar Teknologi Tepat Guna dan Konservasi Produktif. Beberapa perusahaan swasta juga berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan, mulai dari kontribusi penumbangan tanaman kelapa sawit menggunakan alat berat, kontribusi logistic (konsumsi, kaos, sound sistem dll). PT. Sipef Biodiversity Indonesia diminta berkontribusi mulai dari penyiapan jalur tanam (pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam), penyiapan tapak penyapihan bibit dan pengamanan bibit sebelum penanaman, serta mengkoordinir pelaksanaan penanaman pada hari H. 



Penanaman tidak selesai saat seremoni penanaman dan dilanjutkan oleh tim internal perusahaan dan tenaga harian dari warga sekitar. Realisasi bibit yang ditanam sebanyak 483 batang. Selanjutnya perusahaan melakukan pemeliharaan tanaman dengan melakukan penyiraman, pemasangan pelindung tanaman menggunakan waring, pemupukan, pembersihan jalur, serta melakukan penyulaman. Sampai tanggal 18 September 2020, telah dilakukan penyulaman sebanyak 1147 batang. Banyaknya jumlah bibit yang disulam, selain untuk mengganti tanaman mati sekaligus untuk menambah luas areal tanam. 



Dalam waktu dekat, pihak perusahaan akan melakukan pendataan ulang untuk menghitung jenis dan jumlah tanaman yang hidup beserta titik penyebarannya dan akan dilaporkan kepada BWS Sumatera VII pada semester I tahun 2021 (Juli 2021-red). Secara umum, prosentase hidup tanaman sangat rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi prosentasi tanaman hidup antara lain: Keberadaan hewan ternak terdiri dari sapi dan kambing yang dilepasliarkan di dalam areal penanaman. Jumlah ternak makin hari makin bertambah, tidak kurang 10-14 ekor. Perlu diketahui bahwa ketika bagian, misalkan daun ataupun pucuk daun dimakan ternak, maka air liur hewan ternak dapat menghambat pertumbuhan/kuncup daun baru, bahkan banyak kasus, batang tanaman muda patah. 



Pengambilan atau “Pemindahan” tanaman berkayu multifungsi yang baru ditanam tampak bagus oleh oknum warga Mati secara alami karena tidak mampu beradaptasi karena faktor lingkungan (genangan air). Lokasi penanaman pada zaman dulu merupakan aliran Sungai Manjuto, dan setelah alur sungai dibuat lurus maka, pada beberapa titik lokasi penanaman sering tergenang air saat intensitas tinggi dan air tidak cepat kering karena porositas tanahnya rendah. 



Pihak perusahaan yang diminta melakukan pemeliharaan selama tiga (3) tahun sudah berupaya untuk menyampaikan perkembangan di lapangan, termasuk kondisi tanaman dan keberadaan ternak kepada BWS Sumatera VII. Pihak BWS Sumatera VII merespon dengan cepat dengan mengupayakan pengadaan bibit bekerja sama dengan BP DAS Bengkulu pada Desember 2020 namun, sayang bibit yang sebelumnya sudah terkonfirmasi ada dan siap, tiba-tiba habis karena sudah didistribusikan kepada pihak lain. Selain itu, secara bertahap, pihak BWS Sumatera VII juga sudah mulai membangun pagar, walaupun belum selesai temu gelang. 



Pihak perangkat desa setempat juga mengalami kesulitan untuk melarang warganya untuk tidak melepasliarkan ternaknya di areal penanaman, mengingat warga berargumen pelepasliaran ternak di Kota Mukomuko saja belum ternangani dengan baik bahkan, masuk ke areal perkantoran pemda. Pihak perusahaan tidak dapat berbuat banyak, pemeliharaan tanaman sementara ini difokuskan kepada tanaman yang bisa dikatakan “selamat” dari jamahan hewan ternak dan sejak 18 September 2020, belum dilakukan penyulaman ataupun penambahan tanaman, sambil menunggu realisasi bibit dari BWS Sumatera VII. Hasil diskusi informal dalam sebuah acara di Kota Bengkulu sekitar Maret 2021, pihak BWS sudah menyampaikan akan mengirimkan kembali bibit tanaman, termasuk adanya peluang bibit tanaman dari BP DAS Bengkulu. 



Namun demikian, perlu dicatat dan mendapat perhatian lebih, berapapun banyak dilakukan penambahan penanaman dan penyulaman, jika tidak ada partisipasi aktif dari warga sekitar, khususnya yang memiliki hewan ternak yang masih dilepasliarkan di areal tanam, maka peluang untuk tanaman bisa tumbuh dengan baik dengan prosentase hidup yang besar akan sulit terwujud. 



Demikian tulisan ini disampaikan sebagai hak jawab. Sekali lagi terima kasih atas perhatian dan kritikan yang membangun. Kritik membangun sebagai tanda “peduli dan sayang”.



Berita sebelumnya: “Warga Sayangkan Program Tanaman Buah di Bendungan Air Manjunto Gagal Tumbuh”



Indo Barat - Kegiatan penghijauan, pemantapan daerah serapan air program Kementerian PUPR di sempadan aliran Sungai Air Manjuto, areal Bendung Manjuto, Kecamatan V Koto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu gagal tumbuh. 



Penghijauan kawasan dengan menanam ribuan batang tanaman buah dan kayu-kayuan pada September 2019 lalu menjadi mubazir dan tidak menuai azaz manfaat. 



Pasalnya, setelah proses penanaman bersama yang turut dihadiri berbagai instansi pemerintah seperti Balai Wilayah Sungai Sumatra (BWSS) VII Bengkulu, Komandan Korem 041/Gamas Bengkulu, Kolonel Inf Dwi Wahyudi, Bupati Mukomuko, dan ormas ini terindikasi tidak dibarengi pemeliharaan dengan baik. Akibatnya pohon buah yang ditanam tidak meninggalkan bekas. Hasil pantauan di lapangan pada Rabu lalu, 2 Juni 2021 umumnya lahan kembali menjadi semak belukar karena pohon yang ditanam tidak tumbuh.



Menurut warga setempat, program penghijauan itu sebelumnya menggusur lahan perkebunan sawit sekitar 6 hektare lebih. Sayangnya, hasil dari kegiatan penghijauan itu tidak menyentuh tujuan awal. 



Faktanya, kata warga, sebagian besar tanaman buah dan kekayuan yang ditanam pihak pemerintah, tidak berhasil tumbuh. Kondisi ini disebabkan usai penanaman tidak dibarengi dengan pemeliharaan



"Boleh kita cek fakta lapangan, tanaman buah yang ditanam ketika itu, bisa dikategori mati dan tidak mengundang azaz manfaat" ungkap salah seorang warga.



Sebelumnya ada tahun 2019 lalu, Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) menanam pohon buah-buahan seperti Kelengkeng, Jambu Jamaika, Sawo, Mangga, Matoa, dan Nangka di wilayah sempadan Bendungan Air Manjunto. Pohon yang ditanam rencananya akan dipelihara oleh PT. Sipef Biodyversiti, perusahaan pemegang konsesi lahan seluas 12.672 H di kawasan Mukomuko. 



Menurut warga, PT. Sipef Biodiversity sempat menjanjikan akan memelihara tanaman hingga panen. Namun, fakta di lapangan perusahaan tidak pernah melakukan pemeliharaan hingga kondisi lahan kembali menjadi semak belukar.



Media ini sudah berupaya konfirmasi kepada para pihak yang dianggap mengetahui dan bertanggungjawab atas kegiatan tersebut. Sayangnya, upaya konfirmasi belum berhasil dihimpun hingga berita ini ditayangkan.



Korektor: Freddy Watania