Masyarakat Pesisir dan Kemiskinan
Diposting: 21 May 2018
Oleh : Endang Gusmina
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan daratan dan lautan yang sangat kompleks, dimana terjadi pertemuan antara dua ekosistem yang saling mempengaruhi yakni darat dan laut. Soegiarto dalam Dahuri (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat baik kering maupun terendam yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, perembesan air laut dengan ciri vegetasi yang khas.
Kemudian ke arah laut mencakup batas terluar dari daerah paparan benua (continental shelf) dengan ciri perairan yang masih dipengaruhi dengan proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi, penggundulan hutan, dan pencemaran.
Masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok yang hidup di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dengan sumber daya pesisir. Masyarakat pesisir termasuk masyarakat yang masih terbelakang dan masih kental dengan adat atau budaya. Selain itu, banyak dimensi kehidupan yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan struktur sosialnya. Masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak cara dalam mengatasi masalah yang hadir.
Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan untuk pengelolaan sumberdaya dan teknologi, serta peran aktif antara pihak luar dengan masyarakat pesisir sehingga dapat menghidupkan kualitas dan keterampilan masyarakat pesisir tanpa melunturkkan karakter budayanya.
Masyarakat pesisir masih tergolong perekonomian menengah kebawah, memang tidak semua masyarakat pesisir yang mengalami kesusahan, untuk daerah Bengkulu masyarakat pesisir berada dalam perekonomian yang teramat sulit.
kemiskinan masyarakat pesisir disebabkan oleh persaingan antara nelayan trawl dan nelayan tradisional serta tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur.
Disamping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah.
Masyarakat pesisir Bengkulu termasuk dalam kemiskinan kultural karena kemiskinan terjadi berdasarkan faktor dan budaya,untuk ke faktor eksternal seperti hubungan antara patron klien bersifat amatris tidak terlalu ketergantungan, hubungan antara patron klien saling mempengaruhi dan adanya timbal balik.
Untuk pendapatan antara sesama nelayan tradisional relatif sama berbeda dengan nelayan modern. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi.
Penulis: Endang Gusmina
Editor: Freddy Watania
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Megathrust Pernah Dibahas dalam Novel >9SR
03 Sep 2024
-
COVID-19 Muncul Lagi, Masyarakat Diimbau Waspada dan Jaga Pola Hidup Sehat
12 Dec 2023
-
Mengulang Masa Kejayaan Rempah Indonesia
08 Oct 2023
-
Peran Aktif Masyarakat Diharapkan Bangun Bengkulu Bebas Korupsi
01 Sep 2023
-
Dewan Pers Terus Kawal Perpres Publisher Rights dan Good Journalism
14 Jul 2023
Topik Terkait Berdasarkan Tags
-
Gubernur Rohidin Tuntaskan Legalitas Perizinan Nelayan
08 Feb 2024
-
Gubernur Rohidin Dukung Penuh Nelayan Bengkulu Tumbuh dan Berkembang
01 Feb 2024
-
Sumber Kesejahteraan Nelayan, DKP Provinsi Bengkulu Dukung Pengembangan Budidaya Lobster
18 Jan 2024
-
127 KUB Nelayan Kampung Bahari Terima Bantuan Alat Tangkap Ramah Lingkungan
19 Dec 2023
-
3 Kelompok Nelayan Jenggalu Dapat Bantuan Perahu Sampan
05 Dec 2023