Kampanye Dampak Buruk Batu Bara, Kanopi Luncurkan Film Pendek “Punah”

Diposting: 11 Apr 2023
Peluncuran film pendek “Punah” Kanopi Bengkulu, Selasa, 11 April 2023, Foto: Dok
Indo Barat - Sebanyak 28.431 nelayan tradisional yang tersebar di 5 kantong se-Provinsi Bengkulu terancam kehilangan mata pencarian. Hal ini disebabkan oleh krisis iklim. Cuaca ekstrim, kenaikan permukaan dan suhu air laut adalah bentuk dari krisis iklim tersebut.
Penyebab utamanya adalah emisi gas rumah kaca yang terus meningkat akibat aktivitas manusia. Salah satu penyumbang emisi terbesar adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara yakni sebesar 44 % .
Namun fakta ini tidak menghentikan nafsu negara untuk terus kecanduan batu bara. Ada 33 unit PLTU batu bara yang beroperasi di Sumetera berkapasitas 3.566 Megawatt (MW) lalu perencanaan pemerintah Rencana Usaha Pemenuhan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 – 2030 akan menambah PLTU batubara sebesar 4.000 MW.
Di Provinsi Bengkulu berdiri satu PLTU batubara berkapasitas 2x100 MW di Teluk Sepang dan bongkar muat batubara serta tempat penumpukan batubara (stokpile) di pesisir Teluk Sepang.
Dampak yang dirasakan oleh komunitas adalah terancam kehilangan sumber penghidupan. Contohnya nelayan tradisional di Teluk Sepang Kota Bengkulu. Sejak tahun 2019 hingga tahun 2022 pendapatan ikan menurun drastis.
Fakta ini didukung data UPTD Pelabuhan Perikanan Pulau Baai Bengkulu yang merilis pada 2019 produksi ikan nelayan mencapai 8,6 juta ton menjadi 7,5 juta ton pada 2020, turun menjadi 4,2 juta ton pada 2021 dan terus merosot ke angka 2,4 juta ton pada 2022.
Kondisi ini memaksa para nelayan menghentikan aktivitas melautnya dan memilih untuk mencari pekerjaan di darat. Bekerja sebagai buruh tani, buruh nelayan, kuli bangunan hingga bekerja sebagai pembuka terpal dan bongkar batubara.
Salah seorang nelayan tradisional Teluk Sepang, Dendi yang menggantungkan hidup pada di laut sangat mengeluhkan kondisi cuaca yang buruk dan ikan yang susah didapat.
“Dampak yang kami rasakan kami sering tekor, 1 kali melaut hanya Rp. 40.000 bahkan nol. Hal ini diperparah dengan keberadaan PLTU dan Stokpile batu bara. Limbah cair dari PLTU, getaran PLTU serta air danau Teluk Sepang menjadi hitam akibat batu bara mengakibatkan ikan tidak ada” kata dia
Fenomena tersebut divisualisasikan oleh Kanopi Hijau Indonesia ke dalam bentuk film pendek berjudul PUNAH yang di luncurkan pada tanggal 11 April 2023.
Manager Kampanye Anti Tambang Kanopi Hijau Indonesia, Hosani Hutapea menyatakan bahwa film Punah adalah gambaran kecil dari kisah nelayan diberbagai tempat yang terdampak oleh krisis iklim.
“Dari film ini terlihat jelas bahwa negara mengabaikan kesejahteraan hidup rakyatnya. Penguasa dan pengusaha hanya mementingkan keuntungan bisnis sedangkan ditingkat tapak rakyatnya tercekik penderitaan” kata Hosani.
Ia menegaskan solusi atas krisis iklim adalah negara harus segera mempensiunkan PLTU batu bara dan beralih ke energi yang adil dan berkelanjutan.
Editor: Irfan Arief
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Soal Tenaga Honorer Non-ASN, Pemprov Bengkulu Segera Ambil Keputusan
31 Jan 2025
-
APBD 2025 Diutak-atik, Dewan Warning Pemprov Bengkulu
11 Jan 2025
-
Pertamina Patra Niaga Bengkulu Kandidat Hijau Proper 2024
26 Dec 2024
-
Hadiri KPID Award, Rosjonsyah: Penyiaran Edukatif untuk Hiburan Berkualitas
08 Dec 2024
-
Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor di Bengkulu Hasilkan Pendapatan Rp53 Miliar
03 Dec 2024
Topik Terkait Berdasarkan Tags
-
Ancam Nyawa, Warga Minta 3 Tower SUTT PLTU Teluk Sepang Dibongkar
08 Jan 2025
-
Kementrian LHK Lindungi Perusak Lingkungan PLTU Bengkulu
24 Sep 2024
-
Sudah Telan 2 Korban, Jaringan Listrik PLTU Teluk Sepang Membahayakan Warga
22 Sep 2024
-
Peneliti: Suhu Air di Kawasan PLTU Teluk Sepang Naik 6 Derajat, Ancaman Serius Biota Laut
31 Jul 2024
-
Film “Perlawanan Lintas Generasi“ Kisah Inspiratif Perjuangan Tolak Tambang Batu Bara
01 Jun 2024