Banjir Disinformasi, Waspada Polusi Informasi Bohong

Gambar

Diposting: 01 Jul 2021

Oleh: Freddy Watania



Setua peradaban, kebohongan tak akan hilang selama manusia ada. Di era digital ini, kebohongan membesar mengaburkan kebenaran ibarat kegelapan yang mengacaukan tatanan akal sehat, sopan santun dan akhlak.



Informasi kian membanjiri kehidupan masyarakat. Akibatnya, sering terjadi kebingungan dalam memahami berbagai persoalan yang ada. Kini, kita dituntut untuk cerdas dalam memilah informasi, mana yang bermanfaat dan tidak.



Fenomena banjir informasi menurut publik berada pada level yang buruk. Dampaknya pun beragam termasuk berpotensi menimbulkan segregasi sosial.



Dengan tidak dipedulikannya deontologi jurnalisme, maka  etika komunikasi pun diabaikan sehingga, ada tiga hal yang tidak dijamin, yaitu  verifikasi, independensi dan akuntabilitas.



Bak air bah, banjir informasi menghampiri semua orang, baik pembuat kebijakan maupun masyarakat. Di tengah kondisi itu, kemampuan memilah informasi dan memanfaatkannya secara jernih menjadi tantangan.



Laporan Digital News Report 2021 oleh Reuters Institute mengungkapkan, penggunaan media sosial untuk pencarian berita, tetap kuat, terutama pada anak muda dan mereka yang berpendidikan lebih rendah.



Bagaimana menjaga ruang publik digital tetap menjadi area yang aman dan ramah bagi penggunanya di tengah banjir informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya? Teknologi mungkin berperan tetapi kuncinya tetap manusia.



Nenek moyang kita manusia Homo Sapiens telah mengajarkan kepada kita bahwa mereka hanya bisa bertahan hidup karena mendapat informasi yang berdasarkan fakta.



Mereka yang memiliki kemampuan berpikir untuk mengolah informasi yang melimpah itu tidak hanya akan terhindar dari cemas tetapi juga bisa menjadi penguasa dunia sesuai bidang kompetensinya.



Ibarat udara, disinformasi seolah jadi polutan yang membahayakan kesehatan demokrasi serta mengganggu perumusan kebijakan publik. Membangun kultur berpikir kritis menjadi strategi krusial untuk menghindari polutan itu.



Lembaga pers harus bertekad terus mengembangkan kerja jurnalistik agar mampu menjadi tonggak kokoh, pegangan publik menghadapi banjir informasi selanjutnya.