Warga Cemas, Harimau Masih Berkeliaran di Sekitar Pemukiman

Gambar

Diposting: 27 Jul 2023

Seekor Harimau sedang melintas tertangkap kamera warga Desa Gajah Makmur, Mukomuko, Bengkulu, Foto/Dok

Indo Barat - Keberadaan harimau di sekitar Desa Gajah Makmur dan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Lubuk Talang, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu kembali membuat warga cemas.

Kepala Desa Gajah Makmur Gutomo mengatakan, dalam beberapa hari terakhir dua ekor harimau Sumatera berkeliaran di sekitar pemukiman warga.

“Dua hari ini ada lagi jejaknya di sekitar pemukiman dan sudah 2 tahun ini harimau berkeliaran di sekitar desa,” kata Gutomo, Kamis (27/7/2023).

Dirinya menuturkan, sejak  tahun 2021 ada 39 temuan keberadaan harimau di sekitar desa mereka, dengan korban ternak sapi sebanyak 12 ekor dan 1 ekor kambing.

Berdasarkan pemantauan masyarakat di perkebunan yang tidak jauh dari pemukiman,  intensitas temuan jejak harimau ini semakin meningkat pasca kejadian penerkaman 1 ekor sapi pada 3 Mei 2023 lalu.

“Jika dilihat dari jejak yang ada, harimau ini selalu mengintai ternak milik warga yang digembalakan di perkebunan,” ujar Gutomo.

Lanjut  Gutomo, dalam upaya penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, di Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang, telah terbentuk Tim Satgas Mitigasi Konflik.

Namun menurutnya, dalam penanganannya  masih tetap memerlukan petugas dan kementerian terkait, khususnya Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

“Kami khawatir jangan sampai jatuh lagi korban ternak atau bahkan nyawa manusia,” kata Gutomo.

Penanganan konflik satwa liar ini kata Gutomo, tidak serta-merta bisa dilakukan oleh Tim Satgas yang telah dibentuk, tetapi harus didampingi oleh pihak yang berwenang seperti BKSDA Bengkulu.

Sebab jelas Gutomo, wilayah Desa Gajah Makmur dan UPT Lubuk Talang  bersinggungan langsung dengan Hutan Produksi (HP) Air Rami, kondisi hutan di sekitar desa saat ini sangat menghawatirkan, pembukaan kawasan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit masif terjadi, dan inilah salah satu penyebab satwa liar keluar dari habitatnya.

“Berdasarkan kondisi saat ini, kami dari pemerintah desa meminta para pihak yakni, DLHK Provinsi Bengkulu dan BKSDA Bengkulu untuk melakukan penindakan agar kerusakan hutan tidak semakin parah dan satwa liar tidak keluar dari habitatnya,” sampai Gutomo.

Sementara itu, Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar menyatakan bahwa kejadian konflik satwa liar di wilayah Malin Deman ini dilematis, disatu sisi hewan dilindung dan disatu sisinya lagi ternak adalah aset komunitas.

“Seharusnya BKSDA selaku pemangku negara yang bertanggungjawab soal satwa yang dilindungi dalam situasi ini, harus ada di lokasi untuk mengantisipasi potensi kerugian baik bagi satwa maupun ternak warga,” ujar Ali Akbar.

Optimalnya kata Ali, penanganan konflik satwa liar di wilayah ini dilakukan secara kolaboratif, baik pihak yang bertanggungjawab dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan.

Editor: Alfridho Ade Permana