Menguak Sejarah Tsunami Besar di Pantai Selatan Jawa dari Mitos Ratu Kidul

Diposting: 24 Jul 2019
Ilustrasi Tsunami, Poto/studiobelajar.com
Beberapa waktu lalu masyarakat, terutama yang berdomisisli di daerah pesisir selatan Jawa, dikejutkan dengan berbagai pemberitaan akan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan 8,8 yang diikuti tsunami setinggi 20 meter di pantai Cilacap, Yogyakarta, sampai Jawa Timur. Meski Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing isu yang beredar, namun zona megathrust selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8,8 yang perlu diwaspadai dengan upaya mitigasi struktural dan non struktural. Salah satu yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah melakukan pelacakan jejak tsunami masa lalu di pantai Selatan Jawa. Perjalanan peneliti paleotsunami Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto akan disampaikan dalam dokumenter "The Untold Story of Java Southern Sea"yang akan diputar pada Kamis, 25 Juli di Jakarta
Jakarta, 17 Juli 2019. Selain melalui penggalian deposit tsunami, Eko melacak keberadaan tsunami pada masa lalu melalui kisah-kisah dongeng dan mitos. Metode ini dikenal sebagai geomitologi dengan keyakinan bahwa mitos-mitos kerap menyimpan informasi tentang suatu peristiwa pada masa lalu. “Prinsip yang digunakan adalah bumi mempunyai siklus untuk peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya apakah itu letusan gunung, tsunami, banjir, gempa, dan sebagainya,” ujar Eko.
Eko menjelaskan, mitos Ratu Kidul diyakini adalah metafora pernah terjadi gelombang besar di pantai Selatan Jawa. “Tetapi untuk kebutuhan politik dari Panembahan Senopati yang ingin menjadi raja baru sedangkan dia bukan keturunan langsung raja, maka perlu legitimasi politik yang dikemas dalam bentuk mitos turun temurun,” ujar Eko.
Dirinya menjelaskan, selama ini keberadaan mitos sudah mengakar kuat di masyarakat hanya saja masyarakat belum paham pesan-pesan yang ada di baliknya. “Kalau kita bisa membuka isi pesan maka bisa jadi medium penyadaran dan kesiapsiagaan bencana secara mudah untuk masyarakat,” ujar Eko.
Selain melakukan penelusuran dongeng lokal serta penggalian deposit, Eko bersama peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI kini tengah menyiapkan peta rendaman tsunami dalam skala detail 1:10.000. “Peta topografi yang paling detail di Indonesia skalanya baru 1:25.000 dan itu pun hanya melingkupi wilayah Jawa. Di luar wilayah Jawa, skalanya lebih tidak detail,” terangnya.
Dirinya menjelaskan, peta tersebut dapat menjadi acuan kuat untuk perencanaan tata ruang wilayah pesisir. “Dari peta tersebut akan bisa dipetakan data dasar ancaman tsunami seperti daerah yang tergenang sehingga bisa dihitung risiko dan direncanakan upaya pengurangan risikonya.
Peta ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2020 mendatang dengan tahap awal di 12 daerah yang memiliki kerentannan tinggi seperti Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Kebumen, Yogyakarta, dan Pacitan. “Perlu segera dipikirkan strategi pengurangan risiko oleh pemerintah daerah dengan efek pembangunan di jalur Selatan Selatan Jawa,” tutup Eko. (Rilis)
Editor: Riki Susanto
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Faperta Unib Perkenalkan Pupuk Kotoran Wallet dalam Budidaya Kopi
09 Dec 2024
-
Pelantikan OSIS SMAN 2 Kaur Periode 2024-2025, Ini Pesan Kepsek
16 Oct 2024
-
Ini Obat Sakit Ringan yang Paling Populer di Indonesia
16 Aug 2024
-
SMAN 12 Bengkulu Utara Jamin Siswa Bebas Biaya Ijazah
14 Aug 2024
-
Kuliah Umum PBSI UMB: Jurnalistik dan Kecerdasan Buatan, Menakar Peluang dan Ancaman
27 Jun 2024