SENANG LIHAT ORANG SUSAH, SUSAH LIHAT ORANG SENANG !
Diposting: 01 Jul 2018
Indo Barat-Apa yang membuat kalimat itu menjadi sistem yang membudaya, yang walaupun sekilas hanya sekedar ucapan asal saja ( asal bunyi ), tak lain kebanyakan hanya karena pengaruh external dari fitrah manusia.
Dan mungkin juga kaitannya adalah pakaian ( identitas sosial ) kita, dimana itu melambangkan pola, jabatan, status dan perbedaan-perbedaan lain, yang terkadang menyebabkan dan menciptakan batas palsu yang menyebabkan sindiran dan perpecahan diantara sesama manusia.
Dari semua perpecahan menyebabkan diskriminasi yang menimbulkan konsep “ aku ” bukan kami atau kita, label " aku " digunakan dalam konteks seperti partai-ku, organisasi-ku, ras-ku, kelompok-ku, geng-ku, suku-ku, keluarga-ku dan nilai-nilai-ku, dan bukan aku sebagai HUMAN BEING.
Tidak gampang membiarkan hidup kita lapang dada, artinya bisa menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di dunia ini tanpa kita sadari sering ditemukan orang-orang yang menganggap diri pintar dan orang lain semuanya bodoh. Kesombongan merajarela di dalam hidupnya, ia tidak sungkan-sungkan membuat orang lain susah, bahkan ia tidak senang bila melihat orang lain itu bersuka-cita.
Persaingan hidup begitu ketat membuat orang menjadi egois yang penting diri kita sendiri sukses orang lain gagal peduli amat, yang penting diri kita sendiri yang beruntung biar orang lain buntung. Nampaknya sangat kejam, namun hal itu yang terjadi karena kepentingan sendiri itu membawa dampak buruk bagi orang lain. Jurang pemisah (Gap) dan perbedaan status dan ekonomi menciptakan kesombongan, gengsi dapat membawa manusia menjadi iri dan bersikap arogan satu dengan yang lain.
Titik ledak dari sebuah kebebasan berekspresi itu berubah menjadi ekspresi kebebasan yang melewati batas. Salah satu bentuknya adalah kesenangan merundung (mem-bully) orang lain, terutama di dunia maya. Jadi kecenderungannya sekarang itu akibat ekspresi kebebasan yang kelewat batas, seolah kita itu senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang. Media elektronik dan media sosial (medsos) menjadi salah satu medium penyebar intoleransi. Masih banyak media yang menampilkan berita yang tidak cukup objektif. Lebih banyak informasi yang menyangkut identitas kelompok yang disampaikan tanpa proses verifikasi. Dan banyak Postingan yang bisa kita temukan di Medsos yang cenderung menyudutkan orang lain atau kelompok lain (me-Bully, Bullying).
Penulis: DheWa Tuama
Editor: Riki Susanto
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Advokasi Compensation and Benefit Layak Bagi Tenaga Pendidik
11 Dec 2024
-
Operasi KPK Pemantik Chaos Pilkada Bengkulu?
24 Nov 2024
-
Menyelami Bentuk-bentuk Media Massa: Dari TV ke Tiktok, Bagaimana Gen Z Terhubung?
06 Oct 2024
-
Menuju Green Election; Urgensi Pengaturan Tanggungjawab Limbah Alat Peraga Kampanye
27 Sep 2024
-
Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik
09 Sep 2024
Topik Terkait Berdasarkan Tags
-
KPU Tetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur Bengkulu Terpilih
09 Jan 2025
-
Ancam Nyawa, Warga Minta 3 Tower SUTT PLTU Teluk Sepang Dibongkar
08 Jan 2025
-
Jelang Musda Golkar, 7 Nama Calon Ketua Mencuat
06 Jan 2025
-
Pelabuhan Pulau Baai Terus Mendangkal, Distribusi Logistik Terancam
27 Dec 2024
-
Ratusan ASN Lebong Gelar Aksi Demo, Tuntut Pembayaran TPP
11 Dec 2024