Negara Tujuan Ekspor Stop Operasi, Pemprov Bengkulu Siapkan Langkah Penyelamatan Petani Karet

Gambar

Diposting: 30 Mar 2020

Perkebunan Karet, Poto:Dok/thestar.com



Indo Barat – Disampaikan Sekretaris Eksekutif Gapkindo Rusbandi, penutupan sementara operasional pabrik pengelolaan getah karet di Bengkulu dikarenakan terhentinya permintaan komoditas karet dari negara tujuan eksport akibat dampak dari wabah Covid-19. 



Terhentinya permintaan itu berdampak pada perusahaan pengelolaan getah karet di Bengkulu sehingga pasokan bahan baku karet dari para petani juga dihentikan sementara.



"Produk kita itu adalah SIR 20 yang peruntukannya untuk pabrik ban. Pabrik ban di negara tujuan eksport saat ini produksinya terhenti dampak dari wabah Covid-19 yang melanda dunia. Karena berhenti beroperasi berarti tidak perlu memasok bahan baku sehingga berimbas pada eksport dari pabrik pengolahan karet salah satunya PT Batanghari Bengkulu Pratama," jelas Rusbandi.



Penurunan permintaan bahan baku dari pabrik di negara tujuan eksport ini lanjut Rusbandi sudah berlangsung sejak Desember 2019 saat wabah Corona menyerang pertama kali di Wuhan, China.



PT. Batanghari yang biasanya setiap bulan mengeksport dua ribu ton hingga bulan lalu hanya mampu mengirim tidak lebih dari lima ratus ton. Sehingga hal tersebut berdampak pada penumpukan hasil produksi dan bahan baku sehingga perusahaan tidak mampu lagi membeli karet dari para petani. 



Disampaikannya, perusahaan akan kembali beroperasi jika pabrik-pabrik ban mulai beroperasi dan melakukan pembelian bahan baku kembali dan diprediksi paling lama akan terjadi mulai Juni mendatang.



Sementara itu, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah berencana akan menggandeng koperasi-koperasi pertanian untuk sementara waktu menampung hasil karet para petani.



Hal tersebut menanggapi keresahan masyarakat khususnya petani karet dan petani sawit di Provinsi Bengkulu menyusulnya ditutupnya operasional beberapa pabrik pengelolaan karet dan sawit per tanggal 1 April 2020.



"Nanti akan kita bicarakan lebih lanjut dengan koperasi dan pihak perbankan terkait insentif ekonomi seperti apa yang bisa diberikan agar karet dari perkebunan rakyat ini tetap bisa dibeli," jelas Gubernur Rohidin usai gelar rapat koordinasi dampak wabah corona di sector petani karet dan sawit di bengkulu.



Langka tersebut akan disertai dengan perjanjian dengan industri pengolahan karet untuk mengambil bahan baku yang sudah ditampung ketika perusahaan kembali beroperasi. (***)



Editor: Alfridho Ade Permana