Konflik Pemuda Menjelang Pilwakot

Diposting: 03 Apr 2018
HMI merasa dizalimi, karena dibubar paksa oleh pihak IAIN, lain lagi dengan KNPI yang dicap dualisme karena terlalu banyak yang ‘urus’ menariknya konflik dua organisasi kepemudaan ini terjadi menjelang Pilwakot Bengkulu 2018, semuanya viral dan menyita perhatian publik
KNPI tidak asing ribut dan ini wajar saja karena organisasi ini adalah fusi organisasi kepemudaan di seluruh Indonesia alias banyak latar belakang baik ideologis maupun under politik praktis. KNPI adalah organ komite tempat berhimpun seluruh OKP bukan lambaga berbasis anggota apalagi wadah perjuangan ideologis namun, lebih pada lembaga yang sengaja dibentuk sebagai wadah perjuangan praktis.
Berbeda dengan HMI, organisasi kemahasiswaan ini tentunya lekat dengan klaim idealisme, mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang paling ideal dalam starata sosial kemasyarakatan. Menurut Kartono, mahasiswa mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. Kalaulah demikian semestinya HMI tidak mudah terpancing dengan konflik namun ketika dihadapkan dengan tekanan HMI seharusnya mengedepankan upaya intelektual persuasif.
Lantas, bagaimana sisi sambungnya dengan penyelenggaraan pilwakot ? ada banyak spekulasi yang berkembang, terutama kekhawatiran akan adanya penunggangan konflik oleh kontestan pilwakot. Penunggangan itu menjadi wajar kalau ditarik asmabunnuzun nya terjadinya konflik di kedua lembaga kepemudaan tersebut.
KNPI ribut gara-gara isu dualisme, ini sangat menarik karena ada dua pertarungan arus politik yang sangat bargain. KNPI versi Batara Yuda menurut banyak pihak adalah yang paling sah baik historis maupun ketentuan perundang-undangan namun KNPI versi Febri Yurdiman tidaklah bisa dipandang sebelah mata karena mempunyai arus politik yang kuat dan sangat representative.
Jadi isu yang sangat mungkin dibangun oleh kontestan pilwakot atas konflik KNPI adalah berpihak kepada salah satu para pihak atau berstatmen diposisi yang aman (tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana), yang jelas cari untung untuk suara.
Lain halnya dengan konflik HMI, mayoritas isu publik yang berkembang banyak menyalahkan IAIN karena terlalu represif terhadap penegakan aturan kampus. Pembubaran paksa dan perampasan atribut HMI bahkan dituding sebagai pencideraan demokrasi walapun pihak rektorat IAIN punya alasan regulative yang bisa disajikan ke hadapan publik.
Disini agenda pilwakot dapat disambung dengan konfllik HMI versus IAIN. Dari hasil penelususran mayoritas kontestan Pilwakot adalah senior di HMI, ada Bung Dedy Wahyudi yang sering berucap Yakusa di medsos akhir-akhir ini, Ada petahana Helmi Hasan yang merupakan kader berat HMI. Patriana Sosialinda juga diklaim banyak pihak sebagai kader HMI, Ahmad Zarkasih walaupun bukan kader HMI tapi setidaknya beliau adalah mantan aktifis kampus yang punya jalinan emosional dengan isu kemahasiswaan.
Dilain pihak, IAIN selain sebagai lembaga pendidikan disini juga tempat bernaung para tokoh masyarakat terutama tokoh islam tradisional yang juga sangat ‘empuk’ untuk di ekspolitasi secara politis oleh para kandidat pilwakot. Apalagi isu keislaman sebagai variabel politik akhir-akhir ini mendapat tempat yang lebih luas di tengah masyarakat.
Tentu ‘hubungan’ itu bisa saja dimanfaatkan para kontestan untuk masuk kedalam konflik, baik yang melalui jalur HMI selaku senior maupun hubungan emosional lainnya atau berpihak kepada IAIN yang dekat dengan tradisi islam tradisional. Untung-untung kalau niatnya baik untuk meredam konflik demi kemajuan bangsa, pemuda, dan lembaga pendidikan namun akan naïf apabila konflik dimanfaatkan untuk kepentingan politik praktis mereka.
Konflik memang sebagian diasumsikan sebagai gerakan perlawanan terhadap stagnasi gerakan namun konflik dikalangan pemuda akhir-akhir ini justru terjebak kepada kehausan emosional yang berujung pada tergerusnya nilai-nilai intelektual. Banyak yang wacana yang mentolerer konflik di kalangan pemuda karena berbagai alasan termasuk alasan darah mudah yang panas menggelegar, bisa juga dalam rangka mencari jati diri ataupun ingin cari ‘kasih sayang’ namun, konflik harus dihati-hatikan ketika bertarung dalam ring pencarian kekuasaan, pilwakot.
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Bantu Rakyat, Apa Konglomerat?
10 Oct 2024
-
Kami Bangga Bung, Destita Minggir
03 Oct 2024
-
Jangan Ya Dek Ya!
22 Sep 2024
-
Jalan ‘Tol’ Sang Pj Wali Kota
24 Sep 2023
-
Isu Selingkuh Pejabat Coreng Misi Seluma Berbudaya dan Beragama
12 Jun 2023
Topik Terkait Berdasarkan Tags
-
Sambut HUT ke-49, KNPI Lebong Sumbang Buku untuk Anak-anak
24 Jul 2022
-
Senin Besok, Talk Show Spesial Perempuan Hadir di UINFAS Bengkulu
12 Jun 2022
-
Rio Terpilih Aklamasi Ketua KNPI Kota Bengkulu
29 Nov 2021
-
Siap Konsolidasi, KNPI Noer Fajrieansyah Terbentuk di Bengkulu
26 Nov 2021
-
Bahas Agenda Musda, KNPI Kota Bengkulu Gelar Rapimda
14 Oct 2021