Hari Kebangkitan Nasional: Upaya Bangkit di Tengah Pandemi

Gambar

Diposting: 21 May 2020

Oleh: Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd*

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia mengalami sebuah momentum dalam rangka menegaskan persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal tersebut, dijadikan titik tolak bagi bangsa Indonesia untuk memperjuangkan nasib kemerdekaan pada masa lalu, tentang usaha untuk membangkitkan rasa Nasionalisme, semangat perjuangan generasi muda guna kemerdekaan bangsa.



Kondisi pada saat itu tentu akan berbeda dengan hari ini, jika dulu kala kita dihadapkan dengan musuh yang nyata yang dapat meruntuhkan semangat persatuan dan kesatuan melalui politik adu domba, penjajahan fisik dan mental. Maka pada hari ini sesungguhnya kita dihadapkan pada atmosfir yang kurang lebih sama dengan nuansa berbeda, apakah ini yang disebut dengan sejarah pasti berulang?. Mengutip Petirim Sorokin, bahwa persitiwa sejarah akan terus berulang. Menurutnya gerak sejarah menunjukkan Fluctuation of Age to Age, yaitu naik turun, pasang surut, dan timbul tenggelam.



Indonesia hari ini dan juga dunia sesungguhnya sedang mengalami track down disemua aspek, mulai dari Ekonomi, politik, sosial, budaya dan juga bahkan termasuk dalam hal ini adalah Agama. Di tengah pandemi Covid-19 dan ketidak pastian keadaan yang membuat berbagai pihak dan berbagai sektor terancam, pendidikan yang dilakukan dengan model Long Distance Learning yang dianggap hanya mengisi ruang koginisi, Ekonomi yang secara makro dan mikro sangat mengkhawatirkan dengan penutupan pabrik dan PHK besar-besaran, Politik yang semakin berpotensi membelah anak bangsa pada faksi-faksi yang tidak produktif, hingga budaya masyarakat yang kian bergeser. 

Kondisi ini sesungguhnya mengingatkan kembali tentang esensi dari Kebangkitan Nasional, dimana Taufik Abdullah pernah menulis dalam artikelnya yang berjudul May 2008 and One and One Hundred Years Ago: History, Myth, and Consciousness dalam jurnal Masyarakat pada tahun 2008. Ia menjelaskan bahwa Kebangkitan Nasional ketika itu dilatari oleh keinginan dari para pemuda untuk menyatukan berbagai ragam perbedaan, baik suku ras maupun agama untuk menyatakan bahwa ditengah kolonialisme ini, persatuan sangat mutlak diperlukan.



Implikasi yang positif dari pandemi ini jika ditelusuri lebih jauh sesungguhnya sangat banyak sekali, diantaranya adalah fleksibelitas pola belajar dan pola kerja, kesadaran akan pentingnya menjaga pola hidup bersih dan sehat, aware terhadap interaksi yang berlebihan. Selain itu, akibat dari pandemi ini juga membuat berbagai pihak berinovasi dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas pendidikan maupun pekerjaan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.



Perlu disadari, bahwa pandemi ini juga merupakan episentrum dari berbagai dinamika persoalan bangsa yang tengah bertahan dari gempurannya. Oleh karena itu tidak bisa dilakukan secara parsial dikotomik, harus dilakukan secara sinergik antar berbagai komponen.



Ada banyak hal yang dapat dilakukan, paling tidak menurut hemat penulis terdapat empat aspek yang harus di setup dan desain ulang secara maksimal seiring dengan momentum kebangkitan nasional ini, terutama pasca pandemi, yaitu; penguasan pada bidang teknologi, efektifitas program dan efisensi semua aspek, fleksiblelitas disektor formal dan non formal, serta momentum untuk meningkatkan solidaritas dan empaty antar sesama.



Pada aspek penguasaan teknologi, mau tidak mau dengan pola distance learning dan Work From Home yang kini menjadi alternatif maka teknologi adalah alternatif yang paling tepat untuk mengatasi kebuntuan pola pembelajaran dan pola bekerja saat pandemi ini. Meskipun sesungguhnya, kebutuhan akan teknologi sudah lama gaungnya, namun pandemi ini membuat kita semakin menyadari bahwa teknologi khususnya berbasis virtual sangat dibutuhkan. 



Kita sangat bersyukur, ditengah pandemi ini telah lahir beragam inovasi dari anak bangsa, seperti Masker Pintar yang diciptakan oleh Dosen Unsoed, Robot Raisa yang diciptakan oleh tim Gabungan ITS Surabaya dan UNAIR, aplikasi data fightcovid-19.id yang dirancang oleh seorang pemuda bernama Al-Ghozy, Ventilator Portable yang dicptakan oleh ITB dan UNPAD, dan klaim seorang profesor yang telah menemukan antivirus corona dengan menggunakan light technology.



Sejumlah temuan tersebut belum nampak temuan pada bidang teknologi yang dapat mensupport new normal life masyarakat pasca pandemi ini. Sejumlah kalangan mengkhawatirkan kegagapan masyarakat dalam menjalani kehidupan pasca pandemi, bahkan ada yang menyatakan bahwa virus ini tidak bisa hilang 100%. Ini artinya harus ada kesiapan teknologi yang dapat mensupport new normal life masyarakat, terutama pada aspek pendidikan, ekonomi, politik dan sosial.



Aspek kedua yang perlu di desain ulang seiring dengan momentum kebangkitan nasional ini adalah efektifitas dan efesiensi program-program pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Gaung kebangkitan perlu digerakkan secara massif melalui berbagai program yang tentunya bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa apapun yang sedang dihadapi merupakan tanggung jawab negara, terutama berkenaan dengan hajat hidup.



Negara harus hadir dengan mengedepankan prinsip-prinsip efektifitas dan efesiensinya, efektif yang dimaksud adalah bahwa setiap program pemulihan yang dirancang harus berdasarkan pada pencapaian output, hal ini penting guna menghindari pemborosan baik anggaran maupun waktu ditengah upaya memulihkan kondisi bangsa pasca pandemi ini. Efesiensi yang dimaksud adalah meminimalisir Human Capital yang tidak bersentuhan langsung dengan upaya pemulihan bangsa.



Selanjutnya yang harus dilakukan dalam rangka bangkit pasca pandemi seiring dengan kebangkitan nasional ini adalah pada aspek Fleksibelitas sektor formal dan informal. Pandemi mengajarkan banyak hal pada kita, terutama fleksibelitas waktu dan proses, tentunya hal ini perlu di buat standar baku yang dapat mendorong kebangkitan nasional sebagai upaya percepatan pemulihan bangsa,  standar baku tersebut meliputi regulasi dan standar operasional prosedur. 



Regulasi dan SOP yang dimaksud bisa meliputi ekonomi, sosial, administrasi pemerintahan, terutama sistem pendidikan seperti pola pembelajaran virtual yang dapat diukur keberhasilan dan ketercapaian standar materi, standar kelulusan, ketepatan metode, efektifitas dan efesiensi sarana serta akurasi evaluasi akhir pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan untuk dilakukan sebagai salah satu instrumen pendukung dari aspek efektifitas dan efesiensi.



Terakhir yang perlu didesain ulang adalah aspek Solidarity dan Empaty. Pandemi ini sesungguhnya dapat menyebabkan pergeseran nilai budaya yang berkembang ditengah masyarakat, paling tidak pergeseran tersebut dapat dilihat dengan merujuk pendapat Jonathan Haidt (2012), bahwa untuk menciptakan nilai-nilai inti dalam kehidupan manusia agar dapat berjalan damai, maka harus memenuhi 6 (enam) unsur utama yaitu Care (Kepedulian) akan sesama, Fairness (Kepantasan atau keadilan), Liberity (Kebebasan/Kemerdekaan), Loyalitiy (kesetiaan), authority (Ketundukan pada otoritas) dan Sincity (Kesucian).



Enam unsur utama yang menjadi prasyarat agar kehidupan berjalan damai menurut Jonatahn Haidt tersebut tersebut jika tidak di desain sebaik mungkin, tentu akan memunculkan ketimpangan ditengah-tengah masyarakat. Akibatnya pasca pandemi akan semakin menggeserkan budaya masyarakat Indonesia yang gotong royong, semula aware terhadap sesama menuju kehidupan yang individualistik, jika itu terjadi maka potensi konflik bisa saja akan muncul. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi.



Munculnya tagar #indonesiaterserah yang akhir-akhir ini kita temukan merupakan ekses dari bergesernya nilai soladirity dan empati ini, disaat penanganan pandemi ini membutuhkan semangat solidaritas dan empaty, pada saat bersamaan bermunculan sikap acuh, cuek, bahkan egoisme masyarakat yang abai terhadap pemutusan rantai penyebaran ini. Jika ini terus dibiarkan, maka akan semakin lama pandemi ini berakhir.



Akhirnya, kita sama-sama berharap pandemi ini segera berakhir dan kita dapat menjalani kehidupan seperti biasa, bertemu dan bertegur sapa dengan penuh kehangatan antar sesama, kita dapat bekerja dan beraktifitas seperti semula dengan model dan budaya yang berbeda, tentunya semua hal tersebut harus didesain ulang sejak sekarang. Momentum kebangkitan nasional ini, harus dijadikan upaya untuk segera bangkit secara kolektif ditengah pandemi. Semoga Bermanfaat. 



Penulis adalah Doktor Universitas Negeri Jakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.