Devide et Impera dan Koneksi Proxy War

Diposting: 17 May 2018
Kita harus bijak dan bersatu ancaman semakin kompleks
Devide et impera berasal dari bahasa spanyol yang dalam bahasa indonesia menjadi belah dan kuasai. istilah ini merujuk pada sebuah strategi perang yang mengkombinasikan strategi politik, ekonomi dan sosial untuk menguasai sebuah wilayah atau kelompok.
Seiring perjalanan waktu, devide et impera tidak lagi hanya menjadi strategi perang namun lebih menjadi strategi politik yang mengkombinasikan seluruh pengetahuan yang dibutuhkan dalam penaklukan, Devide et impera juga menghasilkan berbagai varian perluasan taktik yang bisa kita temukan dalam rasisme, regionalisme dan fanatisme religius.
Namun perlu dipahami bahwa strategi pada dasarnya merupakan alat yang mengabdi pada tujuannya yang juga bervariasi, kolonialisme merupakan salah satu tujuan ekonomi-politik yang melahirkan strategi ini, namun dalam perkembangannya strategi ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Devide et impera terhadap umat islam
Untuk diketahui sebuah upaya Devide et impera terhadap umat islam, tergambar dalam dokumen rahasia yang bocor dan diracang oleh Rand Corporation, sebuah lembaga think-tank neo-konservatif AS dalam rekomendasinya berjudul Civil Democratic Islam, Parters, Resources, And Strategies yang ditulis Cheryl Benard, diungkap secara detil upaya untuk memecah-belah umat Islam. sumber: https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/2005/MR1716.pdf.
Langkah pertama dari usaha adu domba itu adalah melakukan pengelompokan umat Islam menjadi 4 berdasarkan kecenderungan dan sikap politik terhadap Barat dan nilai-nilai demokrasi.
Pertama: kelompok fundamentalis, yaitu kelompok yang dinilai menolak nilai-nilai demokrasi dan budaya Barat serta menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem.
Fundamentalists reject democratic values and contemporary Western culture. They want an authoritarian, puritanical state that will implement their extreme view of Islamic law and morality. They are willing to use innovation and modern technology to achieve that goal.
Kedua: kelompok tradisionalis, yaitu kelompok yang menginginkan suatu masyarakat yang konservatif.
Traditionalists want a conservative society. They are suspicious of modernity, innovation, and change.
Ketiga: kelompok modernis, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka juga ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikan Islam dengan perkembangan zaman.
Modernists want the Islamic world to become part of global modernity. They want to modernize and reform Islam to bring it into line with the age.
Keempat: kelompok sekular, yaitu kelompok yang menginginkan Dunia Islam dapat menerima paham sekular dengan cara seperti yang dilakukan negara-negara Barat dimana agama dibatasi pada lingkup pribadi saja.
Secularists want the Islamic world to accept Secularists and state in the manner of Western industrial democracies, with religion relegated to the private sphere.
Taktik dan strategi berikutnya adalah melakukan politik belah_bambu: " mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain serta membenturkan antar kelompok ".
Pertama: dukung kelompok modernis dengan mengembangkan visi mereka tentang Islam sehingga mengungguli kelompok tradisionalis. Caranya dengan memberikan arena yang luas agar mereka dapat menyebarkan pandangan mereka. Mereka harus dididik dan diangkat ke tengah-tengah publik untuk mewakili wajah Islam kontemporer.
Kedua: dukung kelompok tradisionalis sebatas untuk mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok fundamentalis dan untuk mencegah pertalian yang erat di antara mereka; menerbitkan kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstremisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kelompok tradisionalis dan fundamentalis; mendorong kerjasama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis; juga mendorong popularitas dan penerimaan atas sufisme.
Ketiga: dukung kelompok sekularis secara kasus-perkasus dan mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama; mendorong ide bahwa agama dan negara dapat dipisahkan, dan hal ini tidak membahayakan keimanan tetapi malah akan memperkuatnya.
Keempat: musuhi kelompok fundamentalis dengan menunjukkan kelemahan pandangan keislaman mereka; mendorong para wartawan untuk mengekspos isu-isu korupsi, kemunafikan dan tidak bermoralnya kaum fundamentalis, pelaksanaan Islam yang salah dan ketidak mampuan mereka dalam memimpin dan memerintah. Posisikan mereka sebagai pengacau dan pengecut, bukan sebagai pahlawan, serta dorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
Proxy war ala Devide et impera
Proxy war ala Devide et Impera tidak melalui kekuatan militer, tetapi perang melalui berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, melalui ekonomi, sosial budaya,agama termasuk hukum.
Jika didalam perang konvensional, perang asimetris dan hibrida beban biaya perang demikian besar, namun tidak demikian halnya dengan perang proksi, perang ini menggunakan cara cara licik, penuh muslihat (tricky), yakni memakai pihak ketiga untuk menaklukkan lawan, proxy artinya wakil, jadi perang proxy adalah memberikan "mandat" perang kepada pihak ketiga, biasanya menggunakan negara lain yang lebih kecil atau bisa pula menggunakan aktor non negara seperti ormas, LSM, kelompok masyarakat atau bisa juga melalui perseorangan.
Proxy war merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal.
Dalam proxy war, tidak bisa terlihat siapa lawan dan siapa kawan. “Dilakukan non state actor, tetapi dikendalikan pasti oleh sebuah negara.
Indikasi proxy war di Indonesia, antara lain adalah gerakan separatis dan gerakan radikal kanan/kiri, demonstrasi massa anarkis, sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan, peredaran narkoba, pemberitaan media yang provokatif, tawuran pelajar, bentrok antar kelompok, serta penyebaran pornografi, seks bebas, dan gerakan LGBT.
Ada banyak negara yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia melalui proxy war. Hal tersebut terjadi karena kesuburan tanah Indonesia, posisi geografis yang sangat strategis,serta memiliki kekayan alam hayati dan non hayati yang luar biasa.
Kita harus bijak dan bersatu karena ancaman kedepan semakin kompleks dan nyata. Kita perlu antisipasi sejak dini. #Keep_Alert
Penulis : Freddy Watania
Editor : Riki Susanto
Artikel Terkait Berdasarkan Kategori
-
Megathrust Pernah Dibahas dalam Novel >9SR
03 Sep 2024
-
COVID-19 Muncul Lagi, Masyarakat Diimbau Waspada dan Jaga Pola Hidup Sehat
12 Dec 2023
-
Mengulang Masa Kejayaan Rempah Indonesia
08 Oct 2023
-
Peran Aktif Masyarakat Diharapkan Bangun Bengkulu Bebas Korupsi
01 Sep 2023
-
Dewan Pers Terus Kawal Perpres Publisher Rights dan Good Journalism
14 Jul 2023
Topik Terkait Berdasarkan Tags
Tidak ada artikel terkait berdasarkan tags.